MetodeFocus Group Discussion (FGD)
Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD)
saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan
data dalam penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif melalui FGD
dikenal luas karena kelebihannya dalam memberikan kemudahan dan peluang
bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami
persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan. FGD
memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku
dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan
peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari
peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu,
dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi
seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang
tidak terduga.
Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk
melakukan generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan
(representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan
terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman
informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi,
argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD
merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori
mudah dijalankan, tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang
tinggi.
Tulisan
ini merupakan panduan sederhana dalam menyelenggarakan FGD dengan
menggabungkan pendekatan teoritis dan praktis. Pertama-tama akan
diuraikan basis teoritis FGD, mulai dari penjelasan soal konsep FGD,
teknik penentuan jumlah kelompok, tata ruang, membuat panduan diskusi,
pelaksanaan, hingga analisis data dan penulisan laporan.
Pengertian FGD
FGD secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah
mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2)
mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan
informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah
(bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD
tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang di
kafe-kafe. FGD bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk
membicarakan suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan
untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang
dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu
permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut
bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang
semata-mata digelar untuk mencari konsensus.
Sebagai alat penelitian, FGD dapat
digunakan sebagai metode primer maupun sekunder. FGD berfungsi sebagai
metode primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian atau
metode utama (selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu
penelitian. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan
untuk melengkapi riset yang bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah
satu teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai
metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.
Di
luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger & Casey
(2000: 12-18) menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat digunakan dalam
berbagai ranah dan tujuan, misalnya (1) pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.
Kapan FGD Harus Digunakan?
FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:
- Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan.
- Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat.
- Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas.
- Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya.
Kapan FGD Tidak Diperlukan?
FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:
- Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta
- Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta
- Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara peneliti dan informan.
- Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang berkategori “sensitif”.
- Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik
- Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.
Meskipun
terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang hanya berlangsung 1
-3 jam, memerlukan persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus. Ada
prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Mengapa FGD?
Irwanto (2006: 3- 6) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan filosofis, metodologis, dan praktis.
- Alasan Filosofis
- Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden.
- Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi .
- Alasan Metodologis
- Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting.
- Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat.
- FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.
- Alasan Praktis
Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek penelitian bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.
Menurut
Koentjoro (2005: 7), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul
data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti)
sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi
yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis
maupun yang bertentangan.
Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan penelitian, FGD berguna untuk:
a) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;
b) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku kelompok tertentu;
c) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan
d) Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.
Persiapan dan Desain Rancangan FGD
Sebagai sebuah metode penelitian,
pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan tidak asal-asalan.
Untuk diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1) Membentuk Tim;
2) Memilih Tempat dan Mengatur Tempat; 3) Menyiapkan Logistik; 4
Menentukan Jumlah Peserta; dan 5) Rekruitmen Peserta.
1) Membentuk Tim
Tim FGD umumnya mencakup:
- Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi (ketrampilan proses).
- Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD, dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
- Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
- Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian.
- Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll.
- Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.
- Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker (penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb)
2) Memilih dan Mengatur Tempat
Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di
mana saja, namun seyogianya tempat FGD yang dipilih hendaknya merupakan
tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan
bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen,
anak kecil, dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan
tempat duduk yang memadai (bisa lantai atau kursi). Posisi duduk peserta
harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator
sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu
masuk yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang
boleh menghadap pintu tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu
oleh berbagai “pemandangan” yang dapat dilihat diluar rumah.
Jika digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:
(Irwanto, 2006: 68)
3) Menyiapkan Logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis
yang dipelukan sebelum, selama, dan sesudah FGD terselenggara. Umumnya
meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan
kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; properti rehat:
alat ibadah, konsumsi (makanan kecil dan atau makan utama); insentif;
akomodasi (jika diperlukan); dan lain sebagainya.
Insentif
dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan. Selain
sebagai strategi untuk menarik minat peserta, pemberian insentif juga
merupakan bentuk ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD
bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mencurahkan pendapatnya
dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam undangan mengenai
intensif apa yang akan mereka peroleh jika datang dan aktif dalam FGD.
Mengenai bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan dengan sumberdaya yang
dimiliki peneliti. Umumnya insentif dapat berupa sejumlah uang atau
souvenir (cinderamata).
4). Jumlah Peserta
Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor
penting yang harus dipertimbangkan. Menurut beberapa literatur tentang
FGD (lihat misalnya Sawson, Manderson & Tallo, 1993; Irwanto, 2006;
dan Morgan D.L, 1998) jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang, namun ada juga yang menyarankan jumlah peserta FGD lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8 orang
(Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan
variasi yang menarik, dan terlalu banyak akan mengurangi kesempatan
masing-masing peserta untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam.
Jumlah peserta dapat dikurangi atau ditambah tergantung dari tujuan
penelitian dan fasilitas yang ada.
5). Rekruitmen Peserta: Homogen atau Heterogen?
Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan awal diadakannya FGD.
- Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen.
- Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama.
- Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya terlalu besar.
- Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu.
- Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh homogen.
Menyusun Pertanyaan FGD
Kunci dalam membuat panduan diskusi yang
terarah adalah membuat pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai panduan
diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan hal-hal berikut:
– Baca lagi tujuan penelitian
– Baca lagi tujuan FGD
– Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan dari FGD
– Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut
– Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima) pertanyaan inti.
– Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari konsep besar yang kabur maknanya.
– Uji pertanyaan-pertanyaan tersebut pada teman-teman dalam tim Anda.
Berbeda dengan wawancara, dalam FGD
moderator tidaklah selalu bertanya. Bahkan semestinya tugas moderator
bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu permasalahan, kasus, atau
kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia
sering bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola
diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi
tidak macet (Irwanto, 2006: 2)
Pelaksanaan FGD
Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat
ditentukan oleh kecakapan moderator sebagai “Sang Sutradara”. Peran
Moderator dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang
bersifat pokok (secara prosedural pasti dilakukan) maupun yang tentatif
(hanya diperlukan jika memang situasi menghendaki demikian).
Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD, (b) meminta klarifikasi,
(c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing (penggalian lebih
dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada
peserta yang dominan dan memberi kesempatan yang lain untuk bersuara),
(g) reframing, (h) refokus, (i) melerai perdebatan, (j) memanfaatkan
jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan (l) menutup FGD.
Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar
proses diskusi berjalan baik adalah permulaan. Untuk membuat suasana
akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal moderator terkait dengan
permulaan diskusi yaitu (1) mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan
singkat topik yang akan dibahas (overview), (3) membacakan
aturan umum diskusi untuk disepakati bersama (atau hal-hal lain yang
akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4) mengajukan pertanyaan
pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu usahakan, baik
pertanyaan maupun respon dari jawaban pertama tidak terlalu bertele-tele
karena akan menjadi acuan bagi efisisensi proses diskusi tersebut.
Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD
Analisis data dan Penulisan Laporan FGD
adalah tahap akhir dari kerja keras peneliti. Langkah-langkahnya dapat
ditempuh sebagai berikut:
1. Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD
2. Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim)
3. Baca kembali hasil transkrip
4. Cari mana masalah-masalah
(topik-topik) yang menonjol dan berulang-ulang muncul dalam transkrip,
lalu kelompokan menurut masalah atau topik. Kegiatan ini sebaiknya
dilakukan oleh dua orang yang berbeda untuk mengurangi “bias” dan
“subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga dilakukan dengan mengikuti
Topik-topik dan subtopik dalam Panduan diskusi. Jangan lupa merujuk
catatan yang dibuat selama proses FGD berlangsung.
5. Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam FGD biasanya mencakup:
a. Konsensus
b. Perbedaan Pendapat
c. Pengalaman yang Berbeda
d. Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya.
6. Buat koding dari hasil transkripsi
menurut pengelompokan masalah/topik, misalnya tentang Permasalahan
Kesehatan Reproduksi Remaja dibuat kode:
Kode 1 untuk perilaku seks remaja
Bisa dipecah lagi menjadi:
Kode 1a : aturan/nilai-nilai menyangkut perilaku seks remaja
Kode 1b : pengalaman seksual
Kode 2 untuk masalah kesehatan reproduksi remaja,
Bisa dipecah lagi:
Kode 2a : masalah tiadanya informasi kesehatan reproduksi
Kode 2b : masalah tidak adanya pelayanan untuk remaja, dst
Kode 3 untuk kebutuhan remaja
Menurut Irwanto (2006: 82-86), dalam melakukan analisis FGD, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
- Periksa dahulu, apakah tujuan FGD tercapai—antara lain terlihat dari jumlah pertanyaan yang ditanyakan (dieksekusi) apakah sesuai dengan rencana awal?
- Adakah perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari peserta?
- Identifikasi masalah utama yang dikemukakan oleh peserta. Untuk itu perhatikan tema sentral dalam TOR FGD.
- Adakah variasi peserta dalam persoalan utama ini? Bagaimana variasinya? Mengapa? (Perbedaan-perbedaan yang muncul tersebut ada yang sangat ekstrim sampai yang hanya berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini timbul, keduanya harus disajikan dalam laporan.
- Selain persoalan utama itu, adakah persoalan lain (tema-tema lain) yang muncul dalam diskusi? Apa saja? Mana yang relevan dengan tujuan FGD?
- Buatlah suatu kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul. Dengan melihat sumber daya peneliti dan stakeholders, pilihlah masalah-masalah apakah dapat diselesaikan dapat diselsaikan dalam jangka waktu pendek atau panjang. Selain itu coba dipilih persoalan yang tidak kunung selesai, misalnya yang menyangkut perubahan apda tingkat makro (terutama struktur ekonomi dan politik).
- Lakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang dikehendaki.
Setelah pekerjaan di atas selesai, baru hasilnya dituliskan atau dilaporkan dengan cara berikut:
- Tuliskan topik-topik/masalah-masalah yang ditemukan dari hasil FGD. Setelah itu tuliskan juga “kutipan-kutipan langsung” (apa kata orang yang berdiskusi) mengenai masalah tersebut
- Bahas topik-topik atau masalah-masalah yang diungkapkan bersama tim peneliti. Lakukan topik demi topik, sampai semua topik/masalah penting selesai dilaporkan dan dibahas.
Tidak boleh dilupakan, keseluruhan laporan
FGD harus memuat poin-poin berikut ini: (a) identitas subjek (untuk
kasus tertentu diperlukan deskripsi subjek, bisa ditulis dalam
lampiran); (b) tujuan FGD; (c) bentuk FGD; (d) waktu FGD; (e) tempat
berlangsungnya FGD; (f) alat bantu dalam FGD; (g) berapa kali dilakukan
FGD; (h) tema-tema atau temuan penting dalam FGD, (i) kendala-kendala
selama proses FGD; (j) pemahaman-pemaknaan FGD; dan (k) pembahasan hasil
FGD.
Catatan Penting:
- Perlu diingat bahwa jika dalam sebuah wawancara pribadi, peneliti dihadapkan pada data individual—bukan sebuah proses kelompok—maka dalam FGD peneliti akan memperoleh data individu sekaligus kelompok.
- Semua pekerjaan, mulai dari mengumpulkan data, membahas hasil, mencari topik yang penting dalam transkrip, membahas kembali topik-topik itu, sampai menuliskan laporan harus dilakukan dengan tim atau paling tidak berpasangan untuk menghindari pendapat subjektif pribadi. Bila dilakukan dalam tim maka laporan bisa mendekati keutuhan karena berbagai pandangan saling melengkapi.
[1]
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, peneliti di Pusat
Kajian Media dan Budaya Populer (PKMBP) dan Pemantau Regulasi dan
Regulator Media (PR2MEDIA)Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment